Sabtu, 02 Februari 2013

Mati Kaya Cara Lee Man Fong


Pengamat seni Agus Dermawan T memiliki segudang cerita luar biasa yang terselip di tengah gelora kehidupan seni rupa Indonesia. Tentunya ini satu hal yang langka. Di antara sekian banyak cerita langka itu tersebutlah nama Lee Man Fong. Siapakah dia?
Lee Man Fong disebut-sebut sebagai salah satu pelukis Indonesia paling produktif. Dialah seniman yang paling banyak menggarap berbagai media. Dia juga perupa yang paling tahu cara mengekonomikan karyanya.
Agus mengisahkan ketekunan dan “kejeniusan” Lee Man Fong ini dalam Riwayat yang Terlewat: Cerita Ajaib Dunia Seni. Sesosok figur, misalnya, demikian tulis Agus, ditangkap Lee dengan pensilnya, sehingga terciptalah selembar sketsa. Sketsa ini dipakai sebagai contoh untuk menciptakan gambar di kertas lain dengan menggunakan bahan pensil arang (charcoal). Lukisan pensil arang ini lalu dipakai sebagai panduan melukis dengan pastel. Setelah selesai, lukisan pastel itu dicontoh untuk mengubah lukisan cat air. Lalu lukisan cat air itu ia gunakan untuk melahirkan lukisan cat minyak. Lukisan cat minyak ini bisa ia kerjakan di hardboard dengan gaya western-chinese painting di atas kanvas bergaya western painting. Di kala lain ia mengubah objek itu ke dalam seni grafis cungkilhardboard atau kayu.
Demikianlah dalam setahun ia bisa melukis puluhan. Di kemudian hari, figur yang ia lukis satu persatu itu dikompilasikan dalam kanvas besar. Hasilnya, jadilah lukisan grup atau bahkan kolosal.
Dengan begitu, satu objek bagi Lee Man Fong menghasilkan delapan macam seni rupa. Yakni karya sketsa, lukisan charcoal, lukisan pastel, lukisan cat air, lukisan cat minyak di hardboard dan lukisan cat minyak di kanvas, lukisan atau dan kolosal, dan seni grafis.
Semua karya itu memiliki nilai seni dan harga nominal mempesona. Dalam berbagai lelang internasional lukisan cat minyak Lee Man Fong yang berukuran sedepa terjual Rp1 miliar sampai Rp6 miliar. Karya cat air dan pastelnya terjual puluhan sampai ratusan juta rupiah.
Lee Man Fong adalah pelukis Indonesia kelahiran Guangzhou, China, 14 November 1913. Tahun 1955 ia mendirikan Yin Hua, organisasi pelukis Tinghoa, di kawasan Princen Park (kini Lokasari), Jakarta. Tahun 1962 ia diangkat jadi Pelukis Istana Presiden Soekarno. Pascahuru-hara politik seiring peristiwa Gerakan 30 September 1965 ia lari ke Singapura. Di Negeri Singa ini Lee Man Fong diaku serta setengah mengaku sebagai pelukis Singapura. Pada 3 April 1988 ia meninggal di Puncak, Jawa Barat. (Sumber)

0 komentar:

Blogger Template by Clairvo